Kebakaran merupakan sebuah kejadian yang sering kali terjadi di Indonesia. Pada tahun 2021 sendiri, terdapat sebanyak 17.768 kasus kebakaran yang terjadi di Indonesia. Di mana 5.274 atau sekitar 45% di antaranya diakibatkan oleh korsleting listrik.
Dalam menjalankan sebuah bisnis, mengalami kebakaran tentu akan menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi Anda, yang jika dinominalkan bisa mencapai miliaran hingga puluhan miliar rupiah. Belum lagi kerugian yang tidak dapat dinominalkan seperti kerusakan lingkungan atau jatuhnya korban jiwa.
Sebagai sebuah perusahaan yang memperhatikan keselamatan kerja karyawannya, serangkaian tindakan mengenai risiko kebakaran tentu perlu dilakukan. Baik untuk mencegah terjadinya kebakaran maupun memitigasi dampaknya.
Salah satu tindakan tersebut adalah dengan memasang sistem alarm kebakaran. Lalu, apa fungsi dari alarm kebakaran?
Apa Fungsi dari Alarm Kebakaran?
Alarm kebakaran memiliki fungsi utama untuk memberikan tanda bahaya kepada orang-orang yang berada di sekitar lokasi mengenai adanya kebakaran yang dapat berupa suara alarm atau lampu indikator, yang umumnya bertujuan agar orang-orang di sekitar lokasi kebakaran segera melakukan evakuasi.
Lebih dari itu, alarm kebakaran juga dapat memberitahukan tempat terjadinya kebakaran yang dapat berupa zona atau titik spesifik, tergantung dengan sistem alarm kebakaran yang digunakan. Hal ini membantu tindakan pencegahan meluasnya kebakaran yang terjadi secara lebih efektif dan efisien.
Sehingga, dari fungsinya dapat dilihat bahwa pemasangan sistem alarm kebakaran tidak bertujuan untuk mencegah timbulnya sebuah kebakaran. Melainkan sebagai tindakan untuk mengurangi dampak dari terjadinya sebuah kebakaran atau menghindari terjadinya kebakaran yang lebih besar.
Setelah mengetahui mengenai fungsinya, lantas, bagaimana cara kerja sebuah sistem alarm kebakaran?
Cara Kerja Sistem Alarm Kebakaran
Seperti cara kerja sistem-sistem lain, sistem alarm kebakaran memerlukan beberapa komponen untuk dapat bekerja dengan benar.
Secara sederhana, komponen-komponen tersebut dapat dibagi berdasarkan fungsinya di dalam sistem alarm kebakaran, yaitu: input, proses, dan output
Input
Komponen input merupakan komponen yang digunakan untuk mendeteksi adanya kebakaran. Perangkat-perangkat dalam komponen input diletakkan pada lokasi-lokasi dalam sebuah bangunan berdasarkan keperluan atau ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Terdapat dua perangkat yang digunakan sebagai input dalam sistem alarm kebakaran, yaitu:
Manual Call Point (MCP)
Manual Call Point atau MCP dapat berupa break glass, pull station, atau push station. Sesuai dengan namanya, MCP merupakan perangkat di dalam komponen input yang perlu diaktifkan secara manual untuk dapat berfungsi mendeteksi terjadinya kebakaran.
Dengan kata lain, MCP baru dapat “mendeteksi” terjadinya kebakaran jika seseorang telah mengaktifkannya. Sehingga, pendeteksian kebakaran sebenarnya dilakukan oleh orang yang mengaktifkan MCP.
Hal ini berbeda dengan perangkat detector yang secara otomatis dapat mendeteksi terjadinya kebakaran.
Detector
Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan detector adalah perangkat dalam komponen input yang dapat secara otomatis akan aktif ketika mendeteksi terjadinya kebakaran. Beberapa jenis detector antara lain adalah:
Mendeteksi densitas asap yang berada di lokasi pendeteksi dipasang. Jika densitas telah melebihi ambang batas, maka kebakaran dianggap telah terjadi dan pendeteksi asap akan aktif.
Mendeteksi suhu dan perubahan suhu di lokasi pendeteksi dipasang. Tergantung jenisnya, jika suhu telah melebihi ambang batas atau terdapat percepatan kenaikan suhu yang signifikan, maka pendeteksi panas akan aktif.
Jika perangkat dalam komponen input (baik MCP atau detector) telah aktif, maka “informasi” mengenai terjadinya kebakaran akan dikirim ke komponen berikutnya.
Proses
Perangkat yang dimaksud dalam komponen proses adalah Fire Alarm Control Panel atau FACP yang dapat disebut juga Main Control Fire Alarm atau MCFA. FACP merupakan pusat dari seluruh sistem alarm kebakaran.
Fungsi dari FACP adalah menerima informasi mengenai terjadinya kebakaran yang diberikan oleh perangkat dalam komponen input. Informasi tersebut kemudian diproses untuk dilanjutkan ke perangkat-perangkat dalam komponen output.
Output
Perangkat-perangkat yang terdapat di dalam komponen output merupakan perangkat yang memberikan tanda bahwa kebakaran telah terjadi. Perangkat-perangkat output juga ditempatkan di lokasi-lokasi dalam bangunan sesuai dengan keperluan atau peraturan-peraturan yang berlaku.
Pada umumnya, perangkat-perangkat dalam komponen output berupa alarm bell, announcer, dan flash strobe lamp yang dapat memberikan peringatan secara audio maupun visual kepada orang-orang yang berada dalam bangunan bahwa evakuasi harus dilakukan karena kebakaran telah terjadi.
Namun, perangkat-perangkat tambahan seperti water sprinkler dan hydrant box dapat masuk ke dalam komponen output jika telah diintegrasikan ke dalam sistem alarm kebakaran sehingga juga dapat menerima informasi mengenai terjadinya kebakaran melalui Fire Alarm Control Panel.
Secara keseluruhan, ketiga komponen tersebut membangun sebuah sistem alarm kebakaran yang sederhananya dapat dibagi menjadi dua berdasarkan tipenya (konvensional dan addressable).
Dari dua tipe tersebut, tipe mana yang cocok untuk Anda?
Memilih Sistem Alarm Kebakaran
Memilih sistem alarm kebakaran yang cocok untuk Anda tentu perlu disesuaikan dengan kebutuhan pengamanan Anda. Terlebih lagi, mengingat kedua sistem alarm kebakaran tersebut tetap memiliki fungsi yang sama dan cara kerja yang relatif sama.
Selain harga, perbedaan antara tipe sistem alarm kebakaran konvensional dan addressable terutama terletak pada cara komponen input “berkomunikasi” dengan komponen proses.
Sistem alarm kebakaran konvensional menggunakan teknologi analog untuk “berkomunikasi”. Dalam sistem ini, pemasangan perangkat-perangkat input dikelompokkan menjadi zona. Sehingga ketika kebakaran terdeteksi, informasi yang didapatkan mengenai tempat terjadinya kebakaran merupakan sebuah zona.
Dengan harganya yang relatif lebih murah, sistem alarm kebakaran konvensional cocok untuk digunakan untuk mengamankan fasilitas dengan ukuran kecil.
Sementara untuk fasilitas yang lebih besar, seperti gedung-gedung perkantoran yang memiliki banyak ruangan. Sistem alarm kebakaran addressable akan jauh lebih efisien untuk digunakan.
Memanfaatkan teknologi digital, setiap perangkat pendeteksi dalam sistem alarm kebakaran addressable memiliki alamat atau addressnya masing-masing. Sehingga, informasi yang didapatkan mengenai lokasi terjadinya kebakaran jauh lebih spesifik. Sesuai dengan tempat dari perangkat yang mendeteksinya. Sehingga akan mempercepat proses pemadaman kebakaran.
Melindungi Aset Anda Bersama Nawakara
Apapun sistem yang Anda pilih, alarm kebakaran bertujuan untuk mengurangi dampak dari terjadinya sebuah kebakaran atau menghindari terjadinya kebakaran yang lebih besar, sehingga meminimalisir kerugian materil dan dapat menyelamatkan jiwa.
Di Nawakara, kami memahami seberapa pentingnya melindungi aset Anda. Salah satunya adalah dengan menerapkan sistem alarm kebakaran pada lokasi bisnis Anda, baik pada gedung perkantoran maupun lokasi produksi.
Tim ahli kami akan memastikan bahwa sistem alarm kebakaran Anda telah sesuai dengan keperluan pengamanan aset Anda serta patuh terhadap peraturan-peraturan yang berlaku.
Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat klik link ini untuk menghubungi kami.