Berbicara mengenai pengamanan di Indonesia, nama “Awaloedin Djamin” tentu menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan. Terutama jika telah menyangkut dengan pendiri satpam.
Seperti yang mungkin sudah umum diketahui, Awaloedin Djamin yang bergelar lengkap Jenderal Polisi (Purn.) Prof. Dr. Drs. Awaloedin Djamin, M. P. A. memiliki jasa yang sangat besar untuk satpam hingga disebut sebagai “Bapak Satpam Indonesia”.
Sebuah gelar yang didapatkannya setelah membentuk satuan pengamanan di Indonesia melalui Surat Keputusan Kapolri No. Pol.: SKEP/126/XII/1980 tentang Pola Pembinaan Satpam ketika masih menjabat sebagai Kapolri.
Namun di samping jasanya dalam dunia kepolisian dan pengamanan Indonesia, Awaloedin Djamin – seperti yang dapat dilihat dari gelarnya – juga merupakan seorang akademisi.
Selain menjabat sebagai Kapolri, Awaloedin Djamin juga pernah berkarir dalam bidang lain semasa hidupnya.
Antara lain sebagai Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia, Ketua Lembaga Administrasi Negara, serta Duta Besar Indonesia untuk Jerman Barat.
Lantas, bagaimana kehidupan seorang Awaloedin Djamin?
Kehidupan Awal
Awaloedin Djamin lahir pada tanggal 26 September 1927 di Kota Padang, Sumatera Barat yang pada masa itu masih berada di bawah pemerintahan Hindia-Belanda.
Pada tahun 1946, beliau sempat mengikuti latihan kemiliteran di Batu Sangkar. Selepas itu, Awaloedin Djamin kembali ke Kota Padang.
Namun, keadaan yang semakin memanas di Kota Padang memaksanya beserta keluarganya untuk mengungsi ke Bukittinggi. Di Bukittinggi, Awaloedin Djamin menyelesaikan pendidikannya di SLTA (setara SMA saat ini) pada tahun 1948.
Polisi dan Akademisi
Satu tahun setelah menamatkan SLTA, Awaloedin Djamin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi pada tahun 1949 di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
Hanya berselang satu tahun mengenyam pendidikan di Universitas Indonesia, Awaloedin Djamin memilih untuk mendaftarkan diri di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian atau PTIK.
Setelah mengenyam pendidikan di PTIK selama lima tahun, atau lebih tepatnya pada tahun 1955, beliau lulus dari PTIK dan secara resmi telah menjadi seorang polisi.
Namun, perjalanan Awaloedin Djamin dalam dunia akademik tidak berhenti di situ. Beliau mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya lebih tinggi lagi dalam program Graduate School of Public and International Affair di Universitas Pittsburgh, Amerika Serikat.
Setelah dua tahun berkuliah di program tersebut, beliau lulus dengan gelar Master of Public Administration atau M. P. A.
Pendidikan formal tampaknya merupakan suatu hal yang sangat penting bagi Awaloedin Djamin. Tidak “puas” dengan gelar magisternya, beliau kembali melanjutkan pendidikannya untuk meraih gelar doktor di Amerika.
Gelar Doktor yang berhasil beliau dapatkan pada tahun 1963 dari School of Public Administration, Universitas Carolina Selatan. Menjadikannya sebagai polisi pertama yang berhasil meraih gelar Profesor Doktor.
Karena kapasitasnya dalam dunia akademik beliau sempat menjadi Dekan PTIK, Rektor Universitas Pancasila (1983-1985), serta dikukuhkan sebagai guru besar tidak tetap di FISIP (saat itu masih bernama Fakultas Ilmu-ilmu Sosial atau FIS), Universitas Indonesia pada tahun 1982 dengan pidato pengukuhannya yang berjudul “Praktek Administrasi Negara Republik Indonesia dan Perkembangan Ilmu Administrasi”.
Hingga saat ini karya tulisan Awaloedin Djamin seperti “Administrasi Kepolisian RI Menghadapi Tahun 2000” atau “Sistem Administrasi Kepolisian Indonesia”, masih kerap dirujuk dalam karya-karya ilmiah ilmu administrasi negara dan ilmu kepolisian di Indonesia.
Perjalanan Karier
Sepanjang hidupnya, perjalanan karier Awaloedin Djamin telah membawanya bertugas dalam beberapa bidang. Mengingat kemampuannya, bukanlah suatu hal yang mengherankan bahwa keahliannya dibutuhkan di berbagai tempat.
Perjalanan karier Awaloedin Djamin dimulai di tahun 1955 setelah menyelesaikan studinya di PTIK. Dengan pangkat Komisaris Polisi Tingkat I, beliau menjadi bagian dari Jawatan Kepolisian Negara, Jakarta.
Kariernya berlanjut di sana hingga beliau menjabat sebagai Kepala Seksi (Kasi) Umum Sekretariat Jawatan Kepolisian Negara pada tahun 1958. Setelah tiga tahun menjabat, beliau memilih untuk melanjutkan studinya ke Amerika Serikat seperti yang sudah dijelaskan di atas.
Sekembalinya dari Amerika Serikat, beliau meniti karirnya di berbagai tempat yang terlalu banyak untuk dituliskan secara rinci dalam artikel ini. Beberapa di antara jabatan beliau adalah;
Menteri Tenaga Kerja (1966-1968)
Ketika menjabat sebagai Menteri selama dua tahun, beliau melakukan beberapa langkah strategis dan melahirkan kebijakan untuk memperbaiki tingkat penghasilan dan kesejahteraan pegawai negeri.
Ketua Lembaga Administrasi Negara (1970-1976)
Dalam masa kepemimpinan beliau di Lembaga Administrasi Negara (LAN), penyusunan dan pengesahan Undang-undang baru tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dilakukan.
Undang-undang yang dimaksud adalah UU Nomor 8 Tahun 1974 yang membedakan antara pejabat negara dan pegawai negeri, meski pejabat negara dapat juga berasal dari pegawai negeri.
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (1978-1982)
Posisi Kapolri beliau dapatkan setelah sebelumnya ditugaskan menjadi Duta Besar RI untuk Jerman Barat (1976-1978).
Seperti yang umumnya diketahui, Awaloedin Djamin mendapatkan gelarnya sebagai “Bapak Pendiri Satpam Indonesia” setelah menjadi penggagas dibentuknya sebuah satuan pengamanan di Indonesia.
Gagasan tersebut direalisasikan melalui Surat Keputusan Kapolri No. Pol.: SKEP/126/XII/1980 tentang Pola Pembinaan Satpam.
Pencapaian lain beliau ketika masih menjabat sebagai Kapolri adalah pengesahan UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (dikenal juga sebagai KUHAP) oleh DPR-RI untuk menggantikan Het Herziene Inlandsch Reglement (HIR) yang merupakan “peninggalan” kolonial Belanda.
Materi KUHAP yang baru tersebut mendapatkan sumbangan pokok-pokok pikiran dari Polri.
Penghargaan
Berkat jasa-jasanya, Awaloedin Djamin atau “Bapak Satpam Indonesia” telah meraih sejumlah penghargaan/tanda jasa baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Adapun penghargaan/tanda jasa yang didapatkan Awaloedin Djamin semasa hidupnya adalah;
Dari Indonesia
Dari Luar Negeri
Bapak Pendiri Satpam
Sejarah pembentukan satpam dapat ditelusuri ke tanggal 30 Desember 1980. Tanggal ini kemudian juga menjadi tanggal yang dipilih sebagai HUT satpam.
Pada tanggal itu, Awaloedin Djamin atau “Bapak Satpam Indonesia” yang sedang menjabat sebagai Kapolri (1978-1982) mengeluarkan Surat Keputusan Kapolri No. Pol.: SKEP/126/XII/1980 tentang Pola Pembinaan Satpam.
Kata “satuan pengamanan” sendiri dipilihnya sebagai terjemahan dari kata “security guards”, dimana kata “security” atau “sekuriti” masih sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk menyebut satpam.
Tidak lama setelah surat keputusan tersebut keluar, jumlah anggota satpam di Indonesia meningkat menjadi 30.000. Jumlah yang terus meningkat, hingga pada tahun 2020 jumlah satpam diperkirakan telah mencapai 1,600,000 dimana 500,000 diantaranya telah terdaftar.
Berkat jasanya, pada tanggal 30 Desember 1993 yang bertepatan dengan hari ulang tahun satpam ke-13, Kapolri Letjen Pol Drs. Banurusman mengukuhkan Awaloedin Djamin sebagai “Bapak Satpam Indonesia”.
Ingin tahu lebih lanjut tentang serba-serbi satpam? Pembahasan menyeluruh mengenai sejarah satpam, tugas satpam, fungsi satpam hingga pelatihan satpam dapat Anda baca pada artikel berikut ini: Serba-Serbi Satpam yang Perlu Anda Ketahui.